Jenazah Korban MH17 Ditumpuk di Gerbong Kereta di Ukraina

Oleh Yuras Karmanau dan Peter Leonard, Associated Press | Associated Press –

TOREZ, Ukraina (AP) -- Pemberontak pro-Moskow menumpuk hampir 200 jenazah dari pesawat Malaysia Airlines yang jatuh ditembak dalam empat gerbong kereta berpendingin pada Minggu, di timur Ukraina. Mereka juga mengangkut puing-puing besar Boeing 777. Tindakan ini mengundang kecaman dari pemimpin Barat yang menuduh para pemberontak merusak TKP.

Sementara itu, Amerika Serikat menunjukkan bukti “kuat” bahwa para pemberontak menembak jatuh pesawat menggunakan rudal darat ke udara Rusia. Meski pemerintahan negara lain sudah berhenti menuduh Rusia yang jadi penyebab jatuhnya pesawat, AS kini menunjuk Moskow sebagai penyebab jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 yang menewaskan 298 orang.

“Rusia mendukung separatis ini. Rusia mempersenjatai mereka. Rusia melatih para separatis ini,” kata Menteri Luar Negeri John Kerry di “State of the Union” CNN.

Pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Australia berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin lewat telepon pada Minggu malam. Mereka meminta ia menggunakan pengaruhnya pada para separatis ini agar para korban bisa dikembalikan dan penyelidik internasional bisa memiliki akses penuh untuk mengumpulkan bukti-bukti. Menurut mereka, menteri luar negeri negara-negara Eropa akan bertemu di Brussel, Selasa, untuk mempertimbangkan sanksi lebih berat buat Rusia.

Tiga hari setelah jatuhnya pesawat, penyelidik internasional hanya punya akses terbatas ke lapangan luas yang jadi lokasi.

Diplomat Dewan Keamanan PBB men-tweet bahwa Dewan Keamanan akan melakukan pemungutan suara pada Senin siang untuk sebuah draft resolusi yang disponsori Australia, Prancis, dan Lithuania untuk meminta akses penuh terhadap lokasi pesawat jatuh dan penyelidikan independen.

“Para penyelidik harus punya akses penuh dan segera terhadap lokasi jatuhnya MH17, dan jenazah korban diperlakukan dengan bermartabat,” kata Dubes Inggris, Mark Lyall Grant.

PM Inggris David Cameron, dalam opining di Sunday Times, mengatakan bahwa “bukti-bukti yang menumpuk” menunjukkan bahwa para pemberontak menembak pesawat, dan jika benar begitu, “ini adalah hasil dari Rusia mendestabilisasi negara yang berdaulat, melanggar integritas teritorialnya, mendukung milisi preman, dan melatih serta mempersenjatai mereka.”

PM Australia Tony Abbott, yang negaranya kehilangan 28 warga dalam tragedi tersebut, mengatakan Putin “mengatakan hal-hal yang tepat” dalam wawancara telepon mereka tentang memastikan penyelidikan internasional dalam bencana tersebut.

“Saya kini akan memastikan sejauh yang bisa dipastikan Australia, bahwa kami ingin memastikan semua ini terjadi,” kata Abbott pada Sydney Radio 2GB pada Senin. “TKP kini diperlakukan seolah taman yang sedang dibersihkan dan bukan seperti penyelidikan forensik, ini sangat tidak bisa diterima.”

Pejabat Rusia sudah menyalahkan pemerintah Ukraina karena telah menciptakan situasi dan atmosfer yang menyebabkan pesawat ditembak jatuh, tapi belum menjawab tuduhan bahwa separatis yang bertanggungjawab mendapat bantuan operasional dan teknis dari Moskow.

Lokasi jatuhnya pesawat seluas 109 km persegi, tersebar di ladang peternakan dan desa-desa, terlihat sangat berbeda pada Minggu, sehari setelah pemberontak bersenjata berjaga-jaga sementara jasad korban dibiarkan terbaring di bawah sinar matahari musim panas. Para pemberontak kini hilang, dan 192 jenazah diangkut dalam kereta berpendingin di kota Torez yang mereka kuasai, sekitar 15 km dari lokasi.

Pemerintah Ukraina, lewat pernyataan dalam situsnya, mengatakan bahwa kereta kedua dengan empat gerbong berpendingin sudah tiba di stasiun Torez.

Petugas darurat medis yang diizinkan oleh pemberontak untuk bertugas melakukan pencarian di lapangan luas. Potongan pesawat diangkut untuk mencari jasad korban lain yang mungkin terbaring di bawahnya.

Pada Minggu malam, agen darurat medis Ukraina mengatakan bahwa total jasad yang ditemukan adalah 251, dengan lebih dari puluhan potongan tubuh.

John Kerry menyatakan kemarahannya pada perilaku “menjijikkan” para pemberontak di lokasi jatuhnya pesawat.

“Pemberontak mabuk menumpuk jenazah di belakang truk, menghilangkan material dari situs,” katanya pada “This Week” di ABC. “Pada Kamis, kami punya 75 menit akses di lokasi, pada Sabtu, tiga jam. Ini adalah hinaan buat semua orang.”

PM Belanda yang negaranya kehilangan 192 warga mengatakan pada konferensi pers bahwa repatriasi jenazah adalah prioritas utamanya.

Menurut dia, kini semua upaya diarahkan untuk mendapatkan kereta dengan jenazah korban ke “teritori yang dikendalikan oleh Ukraina”. Ia menambahkan bahwa pesawat militer Belanda kini sedang dikirim ke Kharkiv untuk menyiapkan pusat koordinasi.

Michael Bociurkiw, juru bicara Organization for Security and Cooperation di Eropa, mengatakan bahwa ada laporan dari penyelidik grup tersebut di Ukraina yang menunjukkan bahwa beberapa jasad terbakar tanpa bekas.

“Kami melihat lapangan tempat jatuhnya mesin pesawat. Ini adalah area yang paling terpapar panas paling intens. Kami tak melihat ada jasad di sana. Sepertinya beberapa terbakar habis,” katanya dari lokasi pesawat jatuh.

Pemimpin pemberontak Alexander Borodai membantah bahwa pemberontak berusaha merusak bukti. Dia juga mengatakan bahwa jasad korban akan diserahkan pada tim pakar Malaysia yang dia tunggu.

Kelompok penyelidik, termasuk pejabat Malaysia, sudah ada di Kiev, tapi mereka mengatakan tak akan masuk ke area yang dijaga oleh pemberontak sampai mendapat keyakinan lebih akan keamanan. Pemerintah Ukraina yang bertanggungjawab terhadap penyelidikan juga sudah meminta bantuan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional — sebuah badan PBB — dan Eurocontrol, organisasi keamanan udara Eropa.

Borodai menegaskan bahwa pemberontak tak mencampuri penyelidikan, dan dia akan menyerahkan data penerbangan pesawat serta rekaman suara kokpit, dan “kotak hitam”.

“Jasad-jasad itu tidak akan ke mana-mana sampai para pakar datang,” kata Borodai di kota Donetsk yang dikuasai pemberontak.

Namun jelas terlihat bahwa para pemberontak campur tangan dalam investigasi.

Lyubov Kudryavets, seorang pekerja di rumah pemakaman Torez, mengatakan bahwa di malam jatuhnya pesawat, seorang penduduk membawa jasad seorang anak yang penuh darah berusia 7 atau 8 tahun. Pada Sabtu, milisi datang dan mengambil jenazah tersebut.

“Mereka mulai menanyai saya: Di mana fragmen roketnya? Di mana fragmen pesawatnya?” kata Kudryavets. “Tapi saya tidak punya puing-puing itu…Sumpah.”

Para pakar mengatakan bahwa jika para penyelidik mendapat akses sekarang, mungkin sudah terlambat.

“Bahkan tanpa upaya menutupi atau menghapus jejak, lokasi kecelakaan sudah tak murni lagi dalam istilah forensik,” kata Keir Giles, salah satu peneliti di Chatham House. “Rekonstruksi pesawat dan sayapnya akan memberi gambaran bagaimana pesawat ditembak rudal dan apa jenisnya. Jika ada bagian pesawat yang sudah diambil atau dipindahkan…akan mengganggu penyelidikan yang objektif.”

Di sisi diplomatik, pemimpin Barat berusaha meningkatkan tekanan pada Putin. Pemimpin Prancis, Jerman, Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yang menuntut dia memaksa para separatis untuk “akhirnya mengizinkan petugas medis dan penyelidik punya akses bebas dan total pada zona tersebut”.

Menurut Rutte, Menteri Luar Negeri Belanda sedang menuju PBB untuk melobi agar “memperluas kerjasama internasional yang mendorong pemulangan jenazah korban dan mencari apa yang terjadi apda MH17.”

Di Belanda, layanan kebaktian di gereja mendoakan para korban, seiring dengan makin marahnya mereka terhadap upaya pemberontak menghambat investigasi.

Silene Fredriksz-Hoogzand, yang anak laki-lakinya Bryce serta pacarnya Daisy Oehlers, jadi korban merasa marah karena jasad mereka belum dipulangkan. “Tuan Putin, pulangkan anak-anak saya,” katanya pada Sky TV dari bandara Schiphol, Amsterdam. “Tolong pulangkan mereka.”